Jumat, 06 Januari 2012

Istilah Bibit, Bobot, Bebet

Dimana pun di belahan dunia ini masalah perkawinan acapkali memerlukan persyaratan yang cermat. Dalam memilih calon menantu baik itu laki-laki maupun perempuan, para orang tua Jawa mengenal istilah bibit, bobot, bebet.

Bibit artinya benih. Kata ini mengarahkan pertanyaan pada orang tua calon menantu (besan). Apakah riwayat kehidupan calon besan bercela? Cela moral dan cela sosial? Ada yang bilang, masa depan adalah suci. Benar. Tetapi masa sekarang juga dibentuk oleh masa lalu. Oleh karenanya menelisik masa lalu calon besan menjadi pemikiran yang tidak bisa diremehkan juga. Apakah ada jaminan jika orang tuanya tanpa cela, anaknya juga demikian? Tidak ada. Ada pepatah berujar “jatuhnya daun tidak jauh dari pohonnya”. Dalam beberapa hal ini relevan, karena keluarga adalah pembentuk utama seseorang. Namun, lingkungan sekitar dan tantangan hidup saat ini juga banyak menentukan.

Bobot artinya beratnya timbangan. Pandangan diarahkan pada kualitas intelektual maupun tanggungjawabnya sebagai calon menantu kepada keluarga yang akan dibentuk kelak. Bagaimana mengukurnya, mustahil bisa tepat. Tetapi beberapa indikasi akan sangat membantu menakar kualitas kehidupannya kelak. Misalnya pendidikan, pekerjaan yang sedang dilakoni, aktivitasnya di masyarakat, ketekunannya berusaha, dan sebagainya.

Bebet artinya kain penutup tubuh. Timbangan ini merujuk pada kualitas kehidupan moralnya. Pertanyaannya adalah apakah kehidupan moralnya dapat dijadikan sandaran kesetiaannya pada pasangannya. Ini juga sulit dijawab baik dalam konteks dulu maupun sekarang. Karena bebet ini baru akan diuji atau dibuktikan dalam perjalanan pernikahan tersebut. Pada umumnya bebet menjadi pertimbangan paling menentukan, karena kesetiaan adalah pondasi utama sebuah bangunan rumah tangga meskipun dua kriteria lainnya tidak bisa dikesampingkan.

Tetapi awal yang baik sebelum ketiga hal tersebut, tentu saja cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar